Thursday, September 8, 2011

Negeri Diatas Awan [1] : Ilmu Kebal

Siapa tak kenal Indonesia (nusantara), siapa tak kenal mistik yang disini, berbagai macam ilmu non fisik (mistik) dengan berbagai macam aliran banyak sekali dijumpai di negeri ini, tak terkecuali ilmu kebal. Banyak penjelasan tentang ilmu ini, tetapi secara terminology berarti tidak mempan terhadap segala benda, tidak merasakan sakit bila terkena benda diluar tubuh kita, "otot kawat balung wesi", karena sangat kebal dan bahkan melebihi takaran-nya (kegunaannya), berakibat "muka" yang memilikinya ikut kebal?, kalimat yang terakhir ini hanya sindiran bagi mereka yang bermuka kebal dan bukan memiliki ilmu tersebut. Mereka yang berkuasa, mereka yang memiliki kekuasaan untuk mengatur orang lain telah menjadi bagian dari orang yang kebal mukanya. Tanpa rasa malu, tanpa rasa takut dan tanpa rasa yang mungkin mereka sudah tidak berasa, semua kejahatan yang dulu kita kenal sebagai "maling" (pencuri) telah merambah ke semua aspek. Dan akibatnya, apakah mereka akan diadili? apakah mereka akan masuk penjara? seberapa lama mereka di penjara? Kini negeri ini telah menjadi "penjara dunia" yang sangat luas, melebihi gaza di negeri Palestina. 
Sebuah penggalan karya sastra jaman Majapahit :
  1. Warna-warna kang bebaya Angrusaken Tanah Jawi [Bermacam-macam bahaya yang membuat tanah Jawa rusak],
  2. Sagung tiyang nambut karya Pamedal boten nyekapi [Orang yang bekerja hasilnya tidak mencukupi],
  3. Priyayi keh beranti [Para priyayi banyak yang susah hatinya],
  4. Sudagar tuna sadarum [Saudagar selalu menderita rugi],
  5. Wong glidhik ora mingsra [Orang bekerja hasilnya tidak seberapa],
  6. Wong tani ora nyukupi [Orang tanipun demikian juga],
  7. Pametune akeh sirna aneng wana [Penghasilannya banyak yang hilang di hutan].

Jika kita menyimak penggalan kalimat diatas yang merupakan sebuah karya sastra pada jaman akhir kerajaan Majapahit. Banyak orang mengatakan itu ramalan sabdo palon, tetapi tidak sedikit orang memberikan pengakuan bahwa karya itu tidak ramalan, tetapi merupakan sebuah "summary" atas perjalanan hidup seseorang, di budaya jawa dikenal sebagai "suluk". Terlepas dari kontroversi tersebut, cobalah anda baca sekali lagi, hal itu sekarang benar-benar terjadi. Orang bekerja hasilnya tidak mencukupi, rasa kekurangan dan hantu inflasi telah membuat budaya korupsi merajalela di negeri ini. Pendidikan yang diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan di negeri ini pun tak luput dari ancaman ini. Semoga bangsa ini lebih banyak belajar dan membaca, khususnya buat generasi muda, agar tragedi Majapahit tidak terulang lagi. Maju bangsaku, jaya negeriku.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.