Monday, May 23, 2011

Seri Budi Pekerti : Seng Kuni


Sengkuni atau Sakuni adalah patih di Hastina, la putra Prabu Kiswara / Suwala / Suprala. Saudaranya ada empat yaitu Gandara, Gendari, Harya Sarabasata, Harya Gajaksa. Nama lain Sengkuni adalah Harya Suman, Trigantalpati, Suwalaputra. Bertempat di Plasajenar, istrinya Dewi Sukesti, berputra Arya Antisura, Arya Surabasah, Dewi Antiwati (istri Patih Udawa) cerita, Sengkuni adalah jelmaan dari Batara Dwapara yaitu dewa perusak, musuh dari semua kebaikan. Maka Sengkuni juga berwatak buruk, licik, tidak tahu tatakrama, sombong dan watak buruk, artinya, cocok dengan wujudnya. Ketika kakaknya, Gendari menjadi prameswari Destarata, Sengkuni dijadikan patihnya, dan selalu mempengaruhi Kurawa supaya memusuhi Pandawa.

Pada perang Baratayuda, semua senopati dan sesepuh Kurawa gugur, Duryudana hanya bisa menyesali nasib. Sengkuni maju sebagai senapati. Dengan kesaktiannya ia melepaskan panah yang dapat berubah menjadi ular yang banyak sekali jumlahnya. Semua senjata dari Pendawa tidak dapat membunuhnya. Atas saran dari Kresna, Werkudara maju menghadapi Sengkuni, dan ditunjukkan kelemahan Sengkuni ada pada duburnya, karena disitulah yang terlewat tidak dilumuri minyak ‘tala’ sebagai kesaktiannya. Werkudara lalu membalikkan tubuh Sengkuni, dirobeklah dubur Sengkuni dengan kuku Pancanaka, Sengkuni mati seketika. Dalam wayang gaya Solo ( Surakarta ) Sengkuni menjadi bulan-bulan dalang ketika sedang mementaskan sebuah cerita, hal ini akan berbeda ketika kita melihat wayang kulit gaya Jogja (Ngayogyakarta), yang menjadi bulan-bulanan adalah pendeta Durna.
Hal yang dapat diambil sebagai proses pendidikan karakter dan budi pekerti adalah semua orang akan menuai perbuatannya sendiri, berbuatlah kebajikan, jangan merugikan orang lain, jangan suka membuat finah, karena akan membuat susah, jauhilah perbuatan yang buruk/orang yang berbuat jahat, orang yang berbuat jahat akan celaka akhirnya. Jika anda ingin mendengarkan karakter sengkuni, anda dapat buka link tentang lakon antasena ngraman , yang disampaikan oleh alm. Ki Hadi Sugito

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.